Selasa, 26 Agustus 2014

HUTAN WANAGAMA



Hutan Indah yang Dulu Tandus

Hutan alami biasanya identik dengan belantara yang berpotensi membahayakan, baik dari tanaman dan binatang yang ada di dalamnya. Berbeda halnya dengan hutan buatan, yang tanaman maupun binatang yang ada di dalamnya merupakan “inisiatif” dari pembuatnya. Salah satu hutan buatan itu adalah HUTAN WANAGAMA.
Prof Oemi Hani'in Suseno sang Pelopor Wanagama
Berdasarkan sejarahnya, area Wanagama adalah area perbukitan kapur yang tandus. Adalah seorang Prof. Oemi  Hani’in Suseno yang memprakarsai penghijauan area tersebut tahun 1964. Hasilnya adalah, sebuah mahakarya reboisasi yang sangat membanggakan masyarakat Yogyakarta, terkhusus masyarakat Gunung Kidul, kecamatan Patuk dan Playen. 

lokasi wisata alam jogja
Jembatan Gantung Wanagama







Letak Wanagama menyentuh empat desa yang ada di Kecamatan Patuk dan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, yang jaraknya dari kota Yogyakarta sekitar 36 kilometer. Menjelang sampai, kita dapat melihat pemandangan kota Yogyakarta yang indah dari ketinggian. Sebagai panduan adalah lampu merah setelah melewati Bunder Rest Area, dimana kita dapat melihat plank petunjuk di sebelah kanan berupa tulisan Wanagama dengan tanda panah. Saat masuk, walau jalannya kecil tetapi tetap beraspal dengan baik. Setelah menyusuri jalan kecil itu, maka kita akan bertemu gapura yang bertuliskan Hutan Wanagama.  

Kegigihan Prof Oemi

Wanagama saat ini adalah tanah tandus dimasa lalu, yang penyebabnya tak lain adalah penebangan liar. Adalah kegigihan Prof. Oemi (baca : Prof Umi) mempelopori mengubah tanah tandus itu menjadi seperti sekarang. Beliau bersama akademisi Fakultas Kehutanan Gadjah Mada melakukan reboisasi besar-besaran yang di mulai tahun 1964. Asal tahu saja, dana awal untuk pekerjaan itu adalah dari dana pribadi Prof Oemi untuk menggarap lahan yang saat itu luasnya sekitar 10 hektar
Kegigihan Prof Oemi dan rekan-rekan merekonstruksi lahan tandus itu tersebar luas. Hal ini menyebabkan pemerintah dan pemerhati dan pecinta lingkungan ikut mendukung dan membantu dari berbagai hal yang dibutuhkan. Kerjasama yang saling menguatkan itupun berhasil mewujudkan hamparan hijau yang indah yang saat ini luasnya sudah sekitar 600 hektar. Luar biasa bukan?

Hutan buatan nan Indah

Peta Wanagama
Walau tidak seindah hutan ciptaan Tuhan, tetapi hutan ini mengikuti indahnya hati orang-orang yang terlibat dalam mewujudkan Wanagama. Wanagama, jika kita susuri, maka tanpa terasa, kita akan berdecak kagum. Hutan ini, bisa di sebut sebuah miniatur hutan, dimana isinya adalah berbagai tanaman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Padahal, tanahnya yang coklat itu, bukanlah hal gampang menjadikannya bersahabat dengan tanaman dari berbagai daerah. Maka pantaslah Wanagama disebut sebuah mahakarya manusia yang luar biasa. Sehingga saat Prof Oemi mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah, sangatlah pantas dan tepat.   

Beragam tanaman yang tertata rapi adalah ciri dari hutan ini. Penelusuran awal, kita akan bertemu dengan deretan pohon Akasia, yang merupakan salah satu tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI). Setelah itu, kita akan bertemu dengan tanaman Kayu Putih, yang minyaknya sangat baik untuk menghangatkan badan itu.

Pohon Mahoni ditanam tahun 1969
Bukan itu saja, Wanagaman pun memiliki tanaman lain seperti Pinus (latin : pinus merkusii) yang banyak terdapat di pulau Sumatera. Dari Sulawesi, kita dapat menemukan tanaman Eboni, biasa juga di kenal dengan si Katu Hitam (latin : diospyros celebica). Ada juga tanaman Cendana, gelar tanaman ini adalah si Pohon Wangi (latin : santalum album), Murbei sang makanan ulat sutera (morus alba), dan ada juga tanaman Jati (tectona grandis)

Wanagama bukan hanya soal deretan pohon yang beragam, tetapi juga ada tiga sungai yang mengalir disana, yaitu sungai Banyu Tibo, sungai Sendang Ayu dan sungai Oya. Sungai-sungai itu, bukan saja menambah keindahan Wanagama, tetapi juga membuat suasana segar dan nyaman. Apalagi sungai-sungai itu kita temukan setelah mengelilingi Wanagama.

Pohon Pangeran Charles

Tahun 1989, Pangeran Charles berkunjung ke Wanagama. Hal monumental atas kedatangan beliau adalah pohon Jati yang di tanamnya saat itu. Hal ini jugalah yang menyebabkan Wanagama menjadi tempat wisata yang mendunia. Selain itu, rute Pangeran Charles juga menjadi sejarah yang di catat dan di abadikan dalam bentuk jalan sepanjang 50 meter, yang berawal dari Wisma Cendana dan berakhir di Bukit Hell.

Catatan penting dari kedatangan Pangeran Charles tahun 1989 itu adalah sebuah cerita unik. Menurut yang menyaksikannya, saat Pangeran Charles dan Putri Diana mengumumkan perpisahan melalui juru bicara kerajaaan, pohon Jati yang ditanam Pangeran Charles yang saat itu tingginya 100 cm, mengering. Menurut cerita yang beredar, itu karena pohon itu ikut bersedih atas kejadian itu. Cerita ini menyebabkan pohon Jati itu kadang di sebut dengan Pohon Pangeran Charles.

Mutualisme Masyarakat dan Wanagama

wisata jogja wanagama rumput kalanjana
Masyarakat dan rumput kalanjana di hutan Wanagama
Keberadaan Wanagama bagi masyarakat sekitar merupakan sebuah berkah. Banyak terjadi hubungan yang mutualis antara masyarakat dengan Wanagama. Misalnya, kebijakan Wanagama yang membolehkan penduduk untuk menanam rumput kalanjana untuk makanan sapi masyarakat sekitar, sebagai barter nya, penduduk memberikan pupuk kotoran sapi ke Wanagama. Lalu, masyarakat di persilahkan beternak lebah di area yang disiapkan Wanagama yang rimbun hutannya banyak bunga-bungaan untuk makanan lebah. Lalu, hasil madu tersebut, dapat di jual penduduk kepada pengunjung Wanagama. Brilliant khan?

Akhirul-kalam, kalau mengunjungi Wanagama, siapkan waktu yang cukup, paling tidak 3 jam, agar Anda puas melihat semua keindahan interaksi antara tumbuhan, hewan, air dan manusia yang ada di dalamnya

Tidak ada komentar: